Hai, nama gue Dyo. Tapi di rumah, gue biasa dipanggil Dityo.
Buat sekarang, panggil aja gue Dyo. Lebih simpel, kan?
Gue suka banget sama tokoh superhero yang namanya Superman.
Banyak yang bilang kalo Superman itu khayalan banget. Emang iya sih. Tapi
justru itu yang bikin Superman itu keren banget di mata gue. Superman bikin
imajinasi gue meningkat.
Iya, gue sering berimajinasi menjadi seorang superhero. Yang
selalu bisa ngejagain orang-orang yang dia sayang. Realitanya adalah, gue hanya
seorang mahasiswa pemalu yang walaupun punya banyak teman, tapi sampai di umur
gue yang sebentar lagi akan memasuki angka ke-21 ini, gue sama sekali belom
pernah punya pacar. Jangankan pacar, dekat-dekat makhluk yang namanya wanita
pun gue segan. Keringat dingin yang selalu mengucur deras benar-benar bikin gue
tergagap waktu gue berjarak beberapa senti dari makhluk yang namanya wanita
itu. Gak peduli tampangnya kayak apa, tapi gue selalu begitu.
Oh iya, akhir-akhir ini gue punya hobi baru selain baca
Detective Conan yang nggak abis-abis itu. Hobi baru gue itu adalah...
“..memutar jalan
pulang lebih jauh dengan satu alasan.. tiba-tiba bertemu dengan seorang
perempuan yang benar-benar mengalihkan gue dari semesta yang selama ini gue
tinggali, di jalan pulang ke rumahnya, yang bahkan gue nggak tau namanya siapa..”
Mungkin kalian pikir gue gila, aneh, bahkan nggak waras. Itu
terserah kalian sih. Yang jelas, hanya ini satu-satunya jalan kalau gue masih
tetap mau ngeliat segaris senyum manis mahakarya Tuhan. Iya, dia begitu manis. Mungkin
sebentar lagi gue diabetes.
Memasuki minggu ke-tiga dengan hobi baru ini, gue belum juga
tau namanya. Gue cuma tau kalau dia seorang mahasiswi sebuah universitas di
daerah Depok jurusan desain grafis. Iyee, gue tau dari gantungan kunci di
tasnya dan sticker yang tertempel di Sketchbooknya. Berarti sudah tiga minggu
itu juga gue selalu menggunakan earphone yang padahal nggak ada suaranya sama
sekali.
Sudah akhir bulan ke-dua, gue belum juga tau namanya. Setiap
hari gue hanya mencoba melewati jalan yang sama dengan jalan yang gue lewati
waktu pertama kali melihatnya. Gue selalu menunggu di halte yang sama sampai
jam 9 malam. Ah, mungkin gue terlalu cupu untuk menunggu lebih lama lagi. Iya,
menunggu. Baru sadar deh, ternyata menunggu juga udah jadi hobi baru gue sejak
bertemu dengannya.
Berarti sudah dua bulan ini juga gue menyelipkan satu doa
tambahan di lima waktu wajib gue. Agar apabila perempuan itu yang Dia ciptakan
untuk masa depan gue, maka ijinkanlah gue untuk tahu namanya. Namun apabila
ternyata tak pernah Dia tuliskan perempuan itu untuk hidup gue, tunjukkan satu
saja alasannya..
Sampai akhirnya, ini kali ke-5 akhirnya gue bertemu dengannya
selama 3 bulan gue menjalani hobi-hobi baru gue itu. Dia terlihat sangat manis
dengan rambut indahnya yang dikuncir kuda. Sumpah! Mabuk kepayang gue dibuatnya
ketika melihat dia menguncir rambutnya yang indah itu. Gayanya berpakaian
begitu simpel, membuat gue semakin suka. Iya, gue nggak begitu suka ngeliat
dandanan perempuan yang super ribet. Perempuan ini selalu mengenakan T-Shirt simpel
yang warna, gambar maupun tulisannya nggak norak dan skinny jeans. Selalu digembloknya
Jansport navy dan dipeluknya Sketchbook tebal bertempel sticker nama kampusnya.
Ditambah lagi dengan sneakersnya yang kali ini berwarna maroon. Oh Tuhan,
sampai kapan aku harus menunggu hanya untuk tahu namanya? Oke, kali ini gue
menempatkan diri gue sekitar 3 meter di sampingnya. Iya, bisa mandi keringat
kalau gue paksain berdiri tepat di sebelahnya.
Tiba-tiba ada seorang perempuan gendut yang sepertinya
seumuran dengannya berteriak, entah apa yang diteriakkan hingga membuatnya
menoleh ke arah si gendut itu. Ah sial! Si gendut itu pasti tadi memanggil
namanya. Seandainya metromini biru sialan itu nggak membunyikan klaksonnya
secara tiba-tiba tadi, pasti sekarang gue udah tau namanya.
Lima menit berlalu, sembari menunggu metromini yang gue dan
dia akan naiki, sesekali gue mencuri pandang. Nggak jarang pula ketahuan. Mungkin
sekarang dia udah ngerasa kalau gue ini pria aneh menyeramkan yang selalu
mengikutinya. Sekarang muka gue udah mulai memerah. Benar-benar merah. Sampai tukang
buah di depan gue nanya, “Mas, nggak kenapa-kenapa? Mukanya kok merah? Alergi
buah yang tadi beli di saya?”
Belum sempat gue jawab pertanyaan si tukang buah, metromini
yang ditunggu datang. Dia terlihat terburu-buru. Gue jadi latah keburu-buru
juga. Sampai tiba-tiba Sketchbooknya jatuh berantakan. Gue yang pengen sok
pahlawan pun coba membantu. Sampai akhirnya gue menemukan jawaban dari doa-doa
gue..
***
Holla, nama gue Ingga. Gue mahasiswi jurusan desain grafis
semester ke-5. Hobi gue gambar. Itulah kenapa gue selalu bawa sketchbook
kesayangan gue kemanapun gue pergi. Karena di situ juga selalu terselip satu benda
kesayangan, kado ulangtahun dari orang yang paling gue sayang. Iya, kado dari
bokap gue.
Lima bulan lalu gue baru putus dari pacar gue. Kita udah 2
tahun lebih menjalin hubungan. Dua tahun lebih itu pula gue merasa nggak pernah
jadi diri gue sendiri. Tiap pagi gue harus selalu nge-blow rambut gue biar keliatan
anggun seperti yang selalu dia mau. Seminggu sekali gue selalu ke salon untuk
sekedar merawat rabut gue yang sebenernya sih udah bagus dari sananya. Boro-boro
pake T-Shirt ke kampus, lupa pakai lipgloss aja dia komentar. Gue nggak ngerti,
mungkin dia lebih cocok jadi stylist gue daripada jadi pacar gue. Lepas dari
mantan gue itu, gue ngerasa bebas. Gue merasa jadi diri gue yang sebenernya. Kemana-mana
pake T-Shirt, skinny jeans, backpack, sneakers, rambut hanya kuncir kuda, ah
pokoknya gue banget!
Sekitar tiga minggu yang lalu, waktu mau pulang dari rumah
Syifa, gue ketemu sesosok lelaki lucu di halte bis. Kayaknya sih seumuran gue. Kacamata,
kemeja flannel, celana panjang warna khaki. Kayaknya sih mahasiswa jurusan
teknik. Oh bukan! Gue inget kalau dia menenteng buku bertuliskan Accounting
Theory berwarna biru-putih. Tipikal lelaki cuek pelit kata-kata. Tiap beberapa
menit selalu diliriknya swiss-army di tangan kirinya. Iya, gue tau mereknya
karena bokap gue punya jam yang persis sama. Kakinya selalu digerak-gerakkan. Hmm,
orangnya panikan nih. Eh, atau karena lagi asyik dengar musik melalui
earphone-nya ya? Oke, yang barusan itu salah satu hobi gue. Memperhatikan gerak-gerik
orang yang gue temui.
Lelaki ini.. dia punya sesuatu yang bikin gue nggak bosen
memperhatikan tingkah lakunya. Dari saat dia membeli air mineral di tukang
asongan yang tadinya gue pikir dia bakal beli rokok, sampai akhirnya beli
sepotong pepaya di tukang buah setelah dihabiskannya tiga perempat botol air
mineralnya. Mukanya lucu. Seperti anak kecil yang menyimpan sejuta cerita yang nggak
akan bikin kita bosan untuk mendengarkannya.
Sekarang gue ketemu dia lagi nih. Di halte yang sama. Kali ini
dia mengenakan segala hal berbau Superman. Mulai dari T-Shirt, hoodie, tas,
bahkan sneakers. Untung kacamatanya nggak diganti bentuk lambang Superman juga.
Tapi tetep lucu sih. Siapa ya namanya? Kayaknya sih bukan anak kampus gue atau
teman rumah Syifa. Karena waktu gue tanya Syifa tadi pas tiba-tiba dia teriak
memanggil nama gue untuk mengembalikan charger handphone gue yang ketinggalan,
dia bilang dia nggak kenal sama lelaki ini.
Ya udahlah ya, kalau memang kehendak Tuhan, nanti juga
kenalan hehehe.
Metromini gue pun datang. Saking asyiknya memperhatikan
lelaki satu itu, gue sampai nggak sadar kalo metromini yang udah hampir
setengah jam gue tunggu itu akhirnya datang. Saking kagetnya gue jadi
keburu-buru masuk ke metromini itu, maksudnya sih biar dapet tempat duduk. Karena
ramai banget, belum sempat naik ke metromini tiba-tiba tali sepatu gue yang
memang nggak terikat dengan rapi terinjak bapak-bapak.
Sketchbook gue jatuh berantakan. Dan.. oh! Rosario gue!
Rosario kesayangan hadiah ulangtahun dari bokap gue! Jangan sampai Rosario itu
hilang. Gue panik. Sampai kemudian gue merasa ada seseorang yang bantu gue
untuk berdiri dan merapikan sketchbook gue yang berantakan. Orang itu juga yang
menemukan dan mengembalikan Rosario kesayangan gue. Tapi kemudian dia hilang
gitu aja. Padahal belum sempat gue tau namanya. Jangankan tau namanya, bilang
terimakasih aja belum. Beruntung, gue udah sempet liat senyumnya, juga matanya
yang ternyata berwarna cokelat. Lama sekali rasanya gue terbengong, sampai
hanya sempat melihatnya menjauh. Semakin jauh. Dengan backpacknya, yang
bergambar Superman.