Sabtu, 02 November 2013

Mono.Lo.Gue.


Hai, nama gue Dyo. Tapi di rumah, gue biasa dipanggil Dityo. Buat sekarang, panggil aja gue Dyo. Lebih simpel, kan?

Gue suka banget sama tokoh superhero yang namanya Superman. Banyak yang bilang kalo Superman itu khayalan banget. Emang iya sih. Tapi justru itu yang bikin Superman itu keren banget di mata gue. Superman bikin imajinasi gue meningkat.

Iya, gue sering berimajinasi menjadi seorang superhero. Yang selalu bisa ngejagain orang-orang yang dia sayang. Realitanya adalah, gue hanya seorang mahasiswa pemalu yang walaupun punya banyak teman, tapi sampai di umur gue yang sebentar lagi akan memasuki angka ke-21 ini, gue sama sekali belom pernah punya pacar. Jangankan pacar, dekat-dekat makhluk yang namanya wanita pun gue segan. Keringat dingin yang selalu mengucur deras benar-benar bikin gue tergagap waktu gue berjarak beberapa senti dari makhluk yang namanya wanita itu. Gak peduli tampangnya kayak apa, tapi gue selalu begitu.

Oh iya, akhir-akhir ini gue punya hobi baru selain baca Detective Conan yang nggak abis-abis itu. Hobi baru gue itu adalah...

“..memutar jalan pulang lebih jauh dengan satu alasan.. tiba-tiba bertemu dengan seorang perempuan yang benar-benar mengalihkan gue dari semesta yang selama ini gue tinggali, di jalan pulang ke rumahnya, yang bahkan gue nggak tau namanya siapa..”

Mungkin kalian pikir gue gila, aneh, bahkan nggak waras. Itu terserah kalian sih. Yang jelas, hanya ini satu-satunya jalan kalau gue masih tetap mau ngeliat segaris senyum manis mahakarya Tuhan. Iya, dia begitu manis. Mungkin sebentar lagi gue diabetes.

Memasuki minggu ke-tiga dengan hobi baru ini, gue belum juga tau namanya. Gue cuma tau kalau dia seorang mahasiswi sebuah universitas di daerah Depok jurusan desain grafis. Iyee, gue tau dari gantungan kunci di tasnya dan sticker yang tertempel di Sketchbooknya. Berarti sudah tiga minggu itu juga gue selalu menggunakan earphone yang padahal nggak ada suaranya sama sekali.

Sudah akhir bulan ke-dua, gue belum juga tau namanya. Setiap hari gue hanya mencoba melewati jalan yang sama dengan jalan yang gue lewati waktu pertama kali melihatnya. Gue selalu menunggu di halte yang sama sampai jam 9 malam. Ah, mungkin gue terlalu cupu untuk menunggu lebih lama lagi. Iya, menunggu. Baru sadar deh, ternyata menunggu juga udah jadi hobi baru gue sejak bertemu dengannya.

Berarti sudah dua bulan ini juga gue menyelipkan satu doa tambahan di lima waktu wajib gue. Agar apabila perempuan itu yang Dia ciptakan untuk masa depan gue, maka ijinkanlah gue untuk tahu namanya. Namun apabila ternyata tak pernah Dia tuliskan perempuan itu untuk hidup gue, tunjukkan satu saja alasannya..

Sampai akhirnya, ini kali ke-5 akhirnya gue bertemu dengannya selama 3 bulan gue menjalani hobi-hobi baru gue itu. Dia terlihat sangat manis dengan rambut indahnya yang dikuncir kuda. Sumpah! Mabuk kepayang gue dibuatnya ketika melihat dia menguncir rambutnya yang indah itu. Gayanya berpakaian begitu simpel, membuat gue semakin suka. Iya, gue nggak begitu suka ngeliat dandanan perempuan yang super ribet. Perempuan ini selalu mengenakan T-Shirt simpel yang warna, gambar maupun tulisannya nggak norak dan skinny jeans. Selalu digembloknya Jansport navy dan dipeluknya Sketchbook tebal bertempel sticker nama kampusnya. Ditambah lagi dengan sneakersnya yang kali ini berwarna maroon. Oh Tuhan, sampai kapan aku harus menunggu hanya untuk tahu namanya? Oke, kali ini gue menempatkan diri gue sekitar 3 meter di sampingnya. Iya, bisa mandi keringat kalau gue paksain berdiri tepat di sebelahnya.

Tiba-tiba ada seorang perempuan gendut yang sepertinya seumuran dengannya berteriak, entah apa yang diteriakkan hingga membuatnya menoleh ke arah si gendut itu. Ah sial! Si gendut itu pasti tadi memanggil namanya. Seandainya metromini biru sialan itu nggak membunyikan klaksonnya secara tiba-tiba tadi, pasti sekarang gue udah tau namanya.

Lima menit berlalu, sembari menunggu metromini yang gue dan dia akan naiki, sesekali gue mencuri pandang. Nggak jarang pula ketahuan. Mungkin sekarang dia udah ngerasa kalau gue ini pria aneh menyeramkan yang selalu mengikutinya. Sekarang muka gue udah mulai memerah. Benar-benar merah. Sampai tukang buah di depan gue nanya, “Mas, nggak kenapa-kenapa? Mukanya kok merah? Alergi buah yang tadi beli di saya?”

Belum sempat gue jawab pertanyaan si tukang buah, metromini yang ditunggu datang. Dia terlihat terburu-buru. Gue jadi latah keburu-buru juga. Sampai tiba-tiba Sketchbooknya jatuh berantakan. Gue yang pengen sok pahlawan pun coba membantu. Sampai akhirnya gue menemukan jawaban dari doa-doa gue..

***

Holla, nama gue Ingga. Gue mahasiswi jurusan desain grafis semester ke-5. Hobi gue gambar. Itulah kenapa gue selalu bawa sketchbook kesayangan gue kemanapun gue pergi. Karena di situ juga selalu terselip satu benda kesayangan, kado ulangtahun dari orang yang paling gue sayang. Iya, kado dari bokap gue.

Lima bulan lalu gue baru putus dari pacar gue. Kita udah 2 tahun lebih menjalin hubungan. Dua tahun lebih itu pula gue merasa nggak pernah jadi diri gue sendiri. Tiap pagi gue harus selalu nge-blow rambut gue biar keliatan anggun seperti yang selalu dia mau. Seminggu sekali gue selalu ke salon untuk sekedar merawat rabut gue yang sebenernya sih udah bagus dari sananya. Boro-boro pake T-Shirt ke kampus, lupa pakai lipgloss aja dia komentar. Gue nggak ngerti, mungkin dia lebih cocok jadi stylist gue daripada jadi pacar gue. Lepas dari mantan gue itu, gue ngerasa bebas. Gue merasa jadi diri gue yang sebenernya. Kemana-mana pake T-Shirt, skinny jeans, backpack, sneakers, rambut hanya kuncir kuda, ah pokoknya gue banget!

Sekitar tiga minggu yang lalu, waktu mau pulang dari rumah Syifa, gue ketemu sesosok lelaki lucu di halte bis. Kayaknya sih seumuran gue. Kacamata, kemeja flannel, celana panjang warna khaki. Kayaknya sih mahasiswa jurusan teknik. Oh bukan! Gue inget kalau dia menenteng buku bertuliskan Accounting Theory berwarna biru-putih. Tipikal lelaki cuek pelit kata-kata. Tiap beberapa menit selalu diliriknya swiss-army di tangan kirinya. Iya, gue tau mereknya karena bokap gue punya jam yang persis sama. Kakinya selalu digerak-gerakkan. Hmm, orangnya panikan nih. Eh, atau karena lagi asyik dengar musik melalui earphone-nya ya? Oke, yang barusan itu salah satu hobi gue. Memperhatikan gerak-gerik orang yang gue temui.

Lelaki ini.. dia punya sesuatu yang bikin gue nggak bosen memperhatikan tingkah lakunya. Dari saat dia membeli air mineral di tukang asongan yang tadinya gue pikir dia bakal beli rokok, sampai akhirnya beli sepotong pepaya di tukang buah setelah dihabiskannya tiga perempat botol air mineralnya. Mukanya lucu. Seperti anak kecil yang menyimpan sejuta cerita yang nggak akan bikin kita bosan untuk mendengarkannya.

Sekarang gue ketemu dia lagi nih. Di halte yang sama. Kali ini dia mengenakan segala hal berbau Superman. Mulai dari T-Shirt, hoodie, tas, bahkan sneakers. Untung kacamatanya nggak diganti bentuk lambang Superman juga. Tapi tetep lucu sih. Siapa ya namanya? Kayaknya sih bukan anak kampus gue atau teman rumah Syifa. Karena waktu gue tanya Syifa tadi pas tiba-tiba dia teriak memanggil nama gue untuk mengembalikan charger handphone gue yang ketinggalan, dia bilang dia nggak kenal sama lelaki ini.

Ya udahlah ya, kalau memang kehendak Tuhan, nanti juga kenalan hehehe.

Metromini gue pun datang. Saking asyiknya memperhatikan lelaki satu itu, gue sampai nggak sadar kalo metromini yang udah hampir setengah jam gue tunggu itu akhirnya datang. Saking kagetnya gue jadi keburu-buru masuk ke metromini itu, maksudnya sih biar dapet tempat duduk. Karena ramai banget, belum sempat naik ke metromini tiba-tiba tali sepatu gue yang memang nggak terikat dengan rapi terinjak bapak-bapak.

Sketchbook gue jatuh berantakan. Dan.. oh! Rosario gue! Rosario kesayangan hadiah ulangtahun dari bokap gue! Jangan sampai Rosario itu hilang. Gue panik. Sampai kemudian gue merasa ada seseorang yang bantu gue untuk berdiri dan merapikan sketchbook gue yang berantakan. Orang itu juga yang menemukan dan mengembalikan Rosario kesayangan gue. Tapi kemudian dia hilang gitu aja. Padahal belum sempat gue tau namanya. Jangankan tau namanya, bilang terimakasih aja belum. Beruntung, gue udah sempet liat senyumnya, juga matanya yang ternyata berwarna cokelat. Lama sekali rasanya gue terbengong, sampai hanya sempat melihatnya menjauh. Semakin jauh. Dengan backpacknya, yang bergambar Superman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar